Review Hotel Village Bugis Singapura


Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak
Share on Google Plus

About Mr Gamming

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar